Sunday, 4 January 2015

ULAMA BANJAR KONTEMPORER, MENGENAL SOSOK GURU BAKHIET ( RIWAYAT 2 )




Oleh: Ahmad Harisuddin
Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet atau biasa dipanggil Guru Bakhiet,dilahirkan pada 1 Januari 1966 di Telaga Air Mata, Kampung Arab, kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ayah beliau adalah Tuan Guru Haji Ahmad Mughni (Nagara) bin Tuan Guru Haji Ismail (Alabio) bin Tuan Guru Haji Muhammad Thahir (Alabio) bin Khalifah Haji Syihabuddin (Pulau Penyangat-Kepulauan Riau) bin Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (Martapura). Dari ayahnya inilah beliau sangat banyak mengambil ilmu, khususnya ilmu batin, dan orang tuanya sekaligus sebagai gurunya.
Berdasarkan penelitian Syahriansyah (2012), pendidikan Guru Bakhiet di tahap pendidikan formal beliau hanya sampai kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada tahun 1976. Selebihnya beliau lebih banyak menimba ilmu pada pendidikan non formal, yaitu mulai dari pendidikan dari kedua orang tuanya, khususnya dari ayahnya yang seorang ulama. Beliau pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ibnu Amin (Pamangkih) pada tahun 1977 kurang lebih selama tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1980 menjadi santri Pondok Pesantren Darussalam (Martapura) kurang lebih enam bulan. Dari situ kemudian pindah ke Darussalamah kurang lebih satu setengah tahun.
Setelah sekian lama di Martapura, kemudian beliau kembali ke Barabai dan berguru dengan orang tua beliau sendiri dan berguru dengan para ulama yang ada di sekitarnya. Dalam memperdalam ilmu agama banyak ia ambil dari para ulama terkemuka. Guru-guru beliau antara lain adalah orang tua beliau sendiri yaitu Tuan Guru Haji Ahmad Mughni, dari sini sangat banyak ilmu yang diperoleh khususnya berkenaan dengan ilmu bathin (ilmu tasawuf). Ilmu fikih secara khusus berguru dengan Tuan Guru Haji Abdul Wahab (Kampung Qadli Barabai). Ilmu bahasa Arab khususnya ilmu Nahwu ditimbanya dari Tuan Guru Haji Hasan dan Tuan Guru Haji Saleh (Barabai). Sedangkan berkenaan dengan ilmu falak beliau pelajari dari Tuan Guru Haji Mahfuz bin Tuan Guru Haji Muhammad Ramli bin Tuan Guru Haji Muhammad Amin, seorang tokoh Pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih.
Di samping sebagai ulama. Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet juga seorang guru Tarikat Alawiyah. Masih dari laporan penelitian Syahriansyah, berkenaan dengan dengan Tarikat Alawiyah ini secara historis beliau pada tahun 1993 dikirim ke Surabaya (Bangil). Di sinilah beliau mengaji dan mengambil Tarikat Alawiyah dari Habib Zein Al Abidin Ahmad Alaydrus. Kurang lebih satu tahun bergelut dalam dunia Tarikat Alawiyah dengan syarat para jamaah yang mengikutinya tidak kurang dari 40 orang. Waktu itu ada sejumlah nama yang aktif malah menjadi murid utama beliau, di antaranya adalah Abdul Karim, Abdurrahim, Abdul Aziz, Abdushomat, Abdul Muin, Ahmad Mugeni, Ahmad Said, Ahmad Nor, Ali Mawardi, Baihaqi, Fahrurrazi, H. Abdussalam, H. Alfian Hidayat, H. Darussalam, Zunaidi HA, Mahdi Jauhari, Muhammad Arsyad, Muhammad Ahyad, Muhammad Farid Wajidi, Nasrullah dan lain-lain.
Lebih lanjut Syahriansyah melaporkan bahwa Tarikat Alawiyah sangat maju pesat perkembangannya yang pengikutnya hingga kini mencapai puluhan ribu orang. Pada mulanya pengajian tarikat Alawiyah bertempat di Pondok Pesantren Hidayaturrahman Barabai. Di tempat ini pengajian berlangsung kurang lebih 40 minggu atau 40 kali pertemuan. Namun setiap kali pertemuan pesertanya semakin bertambah. Bertambahnya jumlah jamaah maka beliau pindah lagi ke pondok pesantren Rahmatullah Ummah. Dari sinilah nantinya menjadi pondok pesantren Nurul Muhibbin yang cukup terkenal itu dan selanjutnya pindah ke Paringin dengan lokasi yang sangat luas dan lengkap dengan pemukimannya.
Sosok Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet sangat kharismatik dan sangat dihormati oleh masyarakatnya di Hulu Sungai. Dari hasil observasi Penulis, sejak Guru Bakhiet berkiprah di Barabai maka suasana kota Apam itu pada khususnya dan Kabupaten HST pada umumnya telah menunjukkan perkembangan yang cukup positif dari segi corak keberagamaannya. Bahkan, ketika terjadi perbedaan pendapat dalam penentuan hari raya antara Guru Bakhiet dan Pemerintah RI, mayoritas umat Islam HST lebih memilih ikut Guru Bakhiet dibandingkan mengikuti ketetapan pemerintah.
Syahriansyah menjelaskan, menurut beberapa orang yang dekat dengan beliau, kelebihan yang dimiliki oleh beliau di samping ilmu dan amaliahnya, antara lain yaitu:
-Menjauhi pemerintah. Contohnya beliau menolak dibawa Umrah oleh Pemerintah Daerah.
-Netral dalam persoalan politik dan tidak ikut-ikutan dalam persoalan ini. Umpamanya beliau menolak pemberian berupa uang dan harta karena kepentingan polotik (partai).
-Beliau tahan terhadap godaan dunia (wara’).
-Sangat memuliakan para habaib. Setiap tanggal 3-5 beliau membagi beras untuk para janda, habaib atau yang miskin. Begitu juga pada hari raya. Walaupun beliau bukan turunan habaib dalam arti formal tetapi para habib mengakui beliau sebagai bagian dari keluarga habaib (Mulhaq Habaib), karena kecintaannya yang luar biasa terhadap para habaib. Konon beliau tidak bisa dalam seharipun kalau tidak bertemu dengan habib, walaupun hanya melihat mukanya.

Di samping itu, salah satu akhlak mulia yang penulis temukan sendiri pada diri beliau adalah sifat tawadhu. Antara lain beliau tidak mau dicium tangannya ketika kita bersamalaman dengan beliau.
Karya-karya Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet ada yang berupa tulisan yang umumnya diambil dari karya-karya Imam al-Ghazali khususnya Ihya Ulumuddin, juga ada yang berupa buletin. Di samping itu berbagai kegiatan pengajian telah didokumentasikan dan kaset-kasetnya beredar di tengah-tengah masyarakat. Dari kaset inilah pengajian beliau bisa diakses. Malah salah satu stasion televisi swasta di Kota Banjarmasin telah menyiarkan secara berkala pengajian beliau tersebut.
Di antara ajaran beliau yang berkenaan dengan tradisi masyarakat adalah:
– Pentingnya mentradisikan pakaian putih, karena menurut beliau pakaian putih adalah pakaian ahli surga.
– tidak boleh menggambar makhluk bernyawa secara full body, meskipun dalam bentuk fotograf, termasuk wali-wali Allah sekalipun.
-urutan amar ma’ruf nahi munkar adalah doa, teladan, baru lisan/tulisan

Demikian sekilas perkenalan kita terhadap sosok Guru Bakhiet yang berkiprah di kawasan utara Tanah Banjar, mengingatkan kita pada ketokohan Datu Kandang Haji di Paringin dan Datu Nafis di Kalua. Sejak sekitar bulan September 2013, bagi kita yang berdomisili di luar Kalimantan, bisa mengikuti rekaman pengajian Guru Bakhiet melalui saluran Aswaja TV.
Data terbaru berkenaan nasab beliau di atas penulis kutip dari Tuan Guru Haji Abdus Salam (Paser), salah seorang adik Tuan Guru Haji Muhammad Bakhiet, dalam buku “Ringkasan Manaqib Syekh H.M.Isma’il bin Syekh H.M. Thahir al-Alabi an-Naqari Rahimahullahu Ta’ala” terbitan Khazanah Naqariyah Paser Kalimantan Timur, 2013.
Semoga Allah swt. menurunkan rahmat-Nya berkat kita menceritakan orang-orang yang dikasihi-Nya. Amin.

Saturday, 3 January 2015

KH. AHMAD MUGHNI BIN KH. ISMAIL ( RIWAYAT 1)




Alm. ALMUKARRAM KH. AHMAD MUGHNI BIN KH. ISMAIL
(Ayahnda Syekhuna KH. Muhammad Bakhiet AM).

ALMARHUM ALMUKARRAM KH. AHMAD MUGHNI BIN KH. ISMAIL

    Beliau adalah anak ke 6 dari tuan guru KH. Ismail bin tuan guru KH. Muhammad Thahir (Panyiuran, Alabio) bin KH. Syihabuddin. Almarhum diasuh, dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua beliau sendiri, dan mereka berhasil dengan izin Allah menyemaikan benih kesabaran, kesehajaan, kebaktian, kegigihan dan cinta ilmu pada diri pribadi almarhum.
    Ahmad Mughni kecil adalah anak tersayang yang tidak pernah menjawab “tidak” apabila orang tua beliau memerintahkan sesuatu kepada beliau, beliau dicintai bukan karena manja tapi karena berbakti. Kemudian sebaimana cerita beliau, beliau dan adik beliau Haji Syibli disuruh memperdalam ilmu dengan menuju tanah suci Mekkah Al-Mukarramah untuk belajar ilmu-ilmu yang belum diajarkan di kampung halaman, seperti ilmu balagah, mantik, dan lain-lain.
    Beliau adalah seorang yang gemar, sungguh-sungguh dan cangkal (rajin). Menurut cerita, Almarhum tidak pernah kenal dengan orang yang di sebelah kamar tempat tinggal beliau di Mekkah, karena saking sibuk dengan urusan mengkaji ilmu. Beliau juga dikenal sangat rajin, selalu memegang kitab (mutalaah), walaupun saat sedang memasak, makan atau mau tidur, bahkan dengan berdiri kalau sudah lelah duduk. Sekian tahun ditempuh hingga akhirnya beliau menguasai sebagian besar ilmu tersebut, namun beliau lebih menonjol di bidang ilmu fikih dan tasawuf.
   Di antara guru-guru beliau adalah :
- Ayah beliau sendiri Al-Allamah Syekh Ismail bin Syekh Muhammad Thahir (Alabio, Banjar).
- Al-Allamah Syekh H.Muhammad Ali (Nagara).
- Al-Allamah Syekh Umar bin Hamdan (1291 H. - 1368 H.)
- Al-Allamah Syekh Sayyid Muhammad bin Amin Kutbi (Mekkah).
- Al-Allamah Syekh Muhammad Ahyad bin Muhammad Idris (Bogor).
- Al-Allamah Syekh Abu Ali Hasan bin Muhammad Al-Masysyath (1317 H. - 1399 H.).
- Al-Allamah Syekh Hasan bin Syekh Sa'id bin Muhammad bin Ahmad Al-Yamani
- Al-Allamah Syekh Sayyid Muhammad Ali bin Husain Al-Maliki (Mekkah).
- Al-Allamah Syekh Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki (1326 H. – 1391 H).
- Al-Allamah Syekh Muhammad Yahya Al-Hanafi.
- Al-Allamah Syekh Mahmud Zuhdi (Mekkah).
- Dan masih banyak lagi yang lainnya.
    Beliau wafat pada hari Sabtu, tanggal 10 Zulhijjah 1414 H. dan dikebumikan esok harinya 11 Zulhijah 1414 H., di Telaga Air Mata, Barabai. Beliau diberi Allah kesempatan umur yang panjang kurang lebih 90 tahun dan diberi keturunan yang saleh dan salehah.
    Di antara anak-anak beliau adalah:
Hj. Zahrah, Hj. Bulqis, Hj. Khamsah, Hj. Jum'ah, Hj. Syarifah, K.H. Muhammad Bakhiet, K.H. Abdussalam dan Siti Aminah.

Sumber : Buku Alumni 2014

WAJAH YANG TENANG ( RIWAYAT 1)



WAJAH yang tenang dan pembawaan yang kalem, bahkan terkesan irit bicara namun ramah ditunjukkan KH Muhammad Bakhiet (Guru Bakhiet). Dia adalah sosok ulama kharismatik, pemimpin Pondok Pesantren Nurul Muhibbin, Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Lelaki kelahiran 1 Januari 1966 di Telaga Air Mata, Kampung Arab, HST itu putra dari H Ahmad Mugni (dari Nagara HSS) bin Ismail bin Muhammad Thahir bin Syihabuddin bin Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Dari ayahnya inilah Guru Bakhiet banyak mengambil ilmu. Khususnya ilmu batin. Orangtua sekaligus gurunya.
Seperti dikutip dari Syahriansyah yang melakukan penelitian pada 2012, pendidikan Guru Bakhiet di tahap pendidikan formal hanya sampai kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada 1976. Selebihnya lebih banyak menimba ilmu pada pendidikan nonformal. Mulai pendidikan dari kedua orangtuanya, khususnya dari ayahnya yang seorang ulama.
Guru Bakhiet juga pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ibnu Amin (Pamangkih) pada 1977 kurang lebih selama tiga tahun. Selanjutnya pada 1980 menjadi santri Pondok Pesantren Darussalam, Martapura kurang lebih satu setengah tahun.
Setelah sekian lama di Martapura ia kembali ke Barabai dan berguru dengan orangtuanya dan para ulama di sekitarnya. Dia juga banyak mengambil ilmu agama dari ulama terkemuka, khususnya ilmu bathin (ilmu tasawuf). Ilmu fikih secara khusus berguru dengan H. Abdul Wahab (Kampung Qadli Barabai). Ilmu bahasa Arab khususnya ilmu Nahwu ditimbanya dari H Hasan dan H. Saleh (Barabai).
Berkenaan dengan ilmu falak dipelajari dari KH Mahfuz (almarhum) seorang tokoh Pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin Pamangkih di Kecamatan Labuanamas Selatan. Di samping sebagai ulama dia juga seorang guru Tarikat Alawiyah. Masih dari laporan penelitian Syahriansyah, berkenaan dengan Tarikat Alawiyah ini secara historis, pada 1993 dia dikirim ke Surabaya (Bangil).
Di sana, mengaji dan mengambil Tarikat Alawiyah dari Habib Zein Al Abidin Ahmad Al Idrus. Kurang lebih satu tahun dia bergelut dalam dunia Tarikat Alawiyah dengan syarat jemaah yang mengikutinya tidak kurang dari 40 orang. Waktu itu ada sejumlah nama yang aktif malah
menjadi murid utamanya.
Di antaranya, Abdul Karim, Abdurrahim,  Abdul Aziz, Abdushomat, Abdul Muin, Ahmad Mugeni, Ahmad Said, Ahmad Nor, Ali Mawardi, Baihaqi, Fahrurrazi, H. Abdussalam, H. Alfian Hidayat, H Darussalam, Zunaidi HA, Mahdi Jauhari, Muhammad Arsyad, Muhammad Ahyad, Muhammad Farid Wajidi, Nasrullah,dan lain-lain.
Di kalangan masyarakat HST, Guru Bahkiet juga dikenal ulama yang netral dari kepentingan politik. Dia berupaya tak terlibat kepentingan politik siapapun.
Menurut kalangan Ponpes, dia rutin membagi beras untuk para janda, habib atau fakir miskin. Sebagai ulama, KH Muhammad Bakhiet juga membuat karya berupa tulisan yang umumnya diambil dari karya-karya Al Ghazali. Khususnya Ihya Ulumuddin, juga ada yang berupa buletin.
Di samping itu berbagai kegiatan pengajian telah didokumentasikan dan kepingan CD nya beredar di tengah masyarakat. Dari CD inilah, pengajian beliau bisa diakses di mana-mana.
Pengajiannya yang rutin dilakukan tiap Selasa malam dan Kamis malam selalu dipadati jemaah, hingga pihak pesantren harus menyediakan LCD di berbagai titik, di sekitar Komples Pesantren. Selain di Barabai, pengajian Guru Bakhiet juga digelar di Ilung, Kecamatan Batangalai Utara serta Paringin di Kabupaten Balangan.
(*/hanani - sofyar redhani)

TATA TERTIB PONDOK



TATATERTIB SANTRI PUTERA PONDOK PESANTREN & PANTI YATAM NURUL MUHIBBIN



1.    Selalu mengikuti pelajaran, kegiatan dengan rajin dan tekun serta mengekuti segala peraturan-peraturannya.
2.    Sholat fardhu lima waktu berjamaah di Musholla samapai selesai wirid dan sholat sunnah sesudahnya (ba’diyah) Zhuhur, Magrib dan Isya,
3.    Membayar Iuran dan sumbangan suka rela untuk pengajar sebelum tanggal 05 setiap bulan dan sumbangan sosial setiap ahad.
4.    Mengenakan seragam pondok pesantren apabila menghadiri undangan atas nama pesantren atau mengikuti pelajaran sehari-hari (Pakai sarung, kemeja lengan panjang warna putih dan kopiah putih) serta pakain putih mengikuti pengajian malam selasa.
5.    Memasak, mandi, qodha hajat, parkir sepeda, tidur, menjemur pakaian dan lain-lain mesti pada tempat yang sudah di tentukan.
6.    Memelihara kebersihan dan kelestarian pondok pesantren dengan tidak membuang samah sembarangan dan mengotori/merusak bangunan atau sarana lainnya.
7.    Selalu siap melaksanakan tugas apabila di tunjuk oleh pengasuh, seksi, pengajar serta petugas seperti menghadiri undangan, gotong royong atau kegiatan ibadah serta pendidikan.
8.    Tidak boleh keluar komplek pada hari libur sesudah jam 18.00 s/d 05.00 kecuali dapat izin dari petugas izin dan tidak boleh masuk komplek pada hari dan jam seperti di atas kecuali melapor kepada petugas izin.
9.    Tidak boleh melakukan kegiatan di luar kamar seperti memasak dan lain-lain sesudah jam 22.15 s/d 02.00 untuk malam selasa jam 22.45 s/d 02.00 kecuali untuk qodha hajar dan bersuci.
10.    Tidak boleh membawa keluarga atau siapa saja memasuki kawasan asrama sebelum ada izin dari petugas izin.
11.    Tidak boleh membawa barang yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan dan keperluan pondok sehari-hari (seperti Hp, Alat-alat mainan dan hiburan) demikian pula tidak boleh membawa buku majalah atau apa saja namanya yang sifatnya hiburan, dongeng, roman atau ajaran yang tidak sesuai dengan program pendidikan pondok pesantren.
12.    Tidak boleh belajar di luar kompleks sebelum ada izin dari Pengasuh dan tidak boleh menjadi anggota partai/organisasi sosial kemasyarakatan terentu.,
13.    Tidak boleh merokok bagi santri baik di dalam kompleks ataupu di luar kompleks.
14.    Tidak boleh bersanda gurau yang mengakibatkan teman yang lain merasa terganggu.
15.    Tidak ada izin keluar kompleks pada hari tidak libur kecuali santri yang sakit dan di mintakan izin oleh petugas kesehatan atau di jemput orang tua/wali dan bila keluar kompleks tanpa izin kami anggap berhenti secara tidak hormat.
16.    Segera melapor kepada pengasuh atau pengajar apabila mengetahui santri berbuat mungkar atau yang merusak citra pondok pesantren apabila tidak mampu menegurnya atau tidak berhenti sesudah di tegur baik di dalam atau di luar kompleks.
17.    Menjaga diri selaku penunut ilmu dari hal-hal yang merusak atau menurunkan kepercayaan kepada tholabul ilmi atau lembaga pendidikan pondok pesantren.
18.    Menjunjung tinggi perintah agama dan menjauhi yang di larangnya serta tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pemerintah/Undang-undang Republik Indonesia.

Demikian tata tertib yang pelaksanaanya di awasi oleh Pengasuh dan seluruh Dewan Guru. Santri yang tidak mentaati tata tertib tersebut akan di panggil oleh pengasuh atau koordinator seksi atau ketua sekamtib untuk di berikan salah satu sangsi, di beri teguran/peringatan, di beri hukuman yang sifatnya pembinaan atau di berhentikan dengan tidak hormat.
    Bagi santri yang keberatan terhadap sangsi oleh ketua sekamtib boleh mengajukan keberatannya kepada Pengasuh atau Koordinator seksi, apabila di tetapkan oleh Pengasuh atau Kordinator seksi maka santri tersebut mesti menerima dan melaksanakan sangsi tersebut, jika masih ingin menjadi santri pondok pesantren Nurul Muhibbin. Tata tertib ini berlaku untuk seluruh santri, baik Yatama atau Alawwiyin.


Barabai, 27 Juni 2008


PENGASUH