Sunday 22 March 2015

KEULAMAAN GURU BAKHIET IDOLA BARU DAHLAN ISKAN (RIWAYAT 3)



Yang Tersisa dari Kunjungan Menteri BUMN Dahlan Iskan

            Satu lagi hajat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara H Dahlan Iskan tercapai. Niat itu adalah bertamu, bersilaturahmi sekaligus mengikuti pengajian rutin KH Muhammad Bakhiet di Majelis Taklim Nurul Muhibbin Barabai. namun, ditengah pertemuan, Dahlan Iskan justru diajak Guru Bakhiet menghadiri Majelis Maulid di Komplek Nurul Muhibbin Balangan.
Kalimat Baistilah mandantangi guru, sangat jelas terdengar. Kumpulan kosa kata bahasa banjar dengan logat khas itu disuarakan oleh Bos Dis, sapaan Dahlan Iskan saat berbincang renyah dengan KH Muhammad Bakhiet atau Guru Bakhiet. Ucapan Bos Dis cukup mengejutkan, ternyata keulamaan dan karisma putra Tuan Guru Haji Ahmad Mugni tersebut cukup membanggakan. pasalnya, seorang menteri pun sudah lama mengidam-idamkan bertemu.
Mengetahui kehadiran tak terjadwal tokoh penting di balik suksesnya Jawa Pos Group dan PLN sejatinya membuat kalangan internal Nurul Muhibbin sempat dibuat bigung dan terhenyak. Padahal, kedua tokoh ini seperti teman akrab. Keduanya berbincang seputar pengajian, dakwah, dan isi ceramah.
Pertemuan usai Salat Magrib Berjamaah itu terasa hangat kendati saat itu hujan yang mengguyur kota Barabai dan sekitarnya masih deras-derasnya, tak kecuali, Dahlan Iskan. Semua rombongan terlihat basah dan menggulung celana panjangnya. Pembawaan Dahlan tetap sama, mengenakan baju putih dan celana hitam dengan sepatu kets dengan inisial “DI” di badan sepatunya.
 “Alhamdullilah bisa badapat, apa kabar pian guru. Sudah lama handak ke Barabai, kagennya baru kesampaian,” kata Bos Dis dengan bahasa banjir mengalir  usai mengenalkan satu persatu rombongan yang mengikutinya.
Bahkan, usai mengikuti mauled di Balangan saat berbincang kembali di rumah Guru Bakhiet, Bos Dis tanpa ragu-ragu kepingin dapat CD yang berisi dakwah Guru Bakhiet secara berseri. Tujuannya, sebagai bekal dan diputar di mobil dan menemaninya jalan.guru Guru Bakhiet yang bisanya irit langsung memintakan kepada petugas.
”Tolong ya, bawakan CD-nya. Semoga bemanfaat di jalan,” katanya minta salah satu orang kepercayan mengambilkan di studio rekaman yang diterima oleh Direktur Radar Banjarmasin H Suriansyah Achmad sebelum balik ke Barabai untuk selanjutnya meneruskan perjalanan dan menginap di Kandangan.
Ya, Bos Dis bisa sampai di Balangan juga mengikuti ajakan Guru Bakhiet yang malam itu mengakui kalau pengajian rutin harus dia libuarkan karena dia baru pulang umrah.”Pekan depan pengajian baru dimulai, semua jamaah sudah mengetahui kalau minggu depan kembali normal,” ujar Guru Bakhiet menjawab pertanyaan Bos Dis yang kepingin mendengar pengajian Kitab Al Hikam.
Kepada Harian Ini, Guru Bakhiet mengaku pernah bertemu dengan Pak Menteri, seingatnya dia, sekitar 2 atau 3 tahun lalu di Airport Juanda, Surabaya. Saat itu ada penghubung dan mengatakan kalau Dahlan Iskan berniat bertemu disela-sela jadwal ketat penerbangan. Kebetulan sama-sama mau terbang.
”Saat berpisah, beliau berniat mau ke Barabai, tapi Alhamdullilah sudah datang, memang sudah lama saya tunggu-tunggu,” terang Guru Bakhet
Niatnya mau mengikuti pengajian belum bisa  bisa terlaksana, makanya dia diajak bersama ratusan Jamaah berangkat ke Balangan untuk mengikuti mauled di rumah H Hasan  di komplek perumahan yang hanya berjumlah 24 unit tersebut. Hebatnya, semua penghuni adalah orang pilihan Guru Bakhiet yang secara geneologi masih mengalir darah dan nasab dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
“Saya khusus mala mini datang dan ingin bertemu, kebetulan ada waktu makanya saya ajak Abdul Aziz dan Faisyal Halimi berangkat.  Ini juga tidak terjadwal,” kata Bos Dis menceritanya kehadirannya di Barabai saat sejumlah wartawan dan Kabag Humas Setda HST M Ramadlan mendekat
Ditanya kenapa Ibu Nafsiah Sabri tidak ikut ,Bos Dis spontan menjawab.”Ibu sebenarnya saat saya tinggal menangis dan kepingin ikut dalam perjalan ke Barabai. namun karena ada agenda lain terpaksa ditinggal,”. Menurutnya, ke Barabai seperti pulang kembali pasalnya, di Barabai masih memiliki keluarga.
Guru Bakhiet yang pernah menimba Ilmu di Pondok Pesantren Ibnu Amin, Pemangkih dan nyantri di Darussalam Martapura serta mengaji di Bangil dan mengambil Tarikat Alawiyah dari Habib Zein Al Abidin Ahmad Alaydrus cukup memuji Bos Dis. Menurutnya, pertemuan kali ini tanpa dia tahu dan rencanakan, namun, karena tamu apa adanya, tidak ada protokoler yang melelahkan sehingga sehingga rekan di majelis tidak begitu ragu walaupun yang datang seorang menteri.
Pujian serupa disampaikan oleh H Arsyad, jamaah yang jadi orang kepercayaan Guru ini mengaku bahagia. Pasalnya, sukses penyambutan yang mereka gelar kendati semuanya serba spontan.”Capek sih biasa, tapi kalau tanpa protokoler kami yang mudah, tidak seperti tamu pejabat lain, kalau sudah kenal jadi enak koordinasinya,” kata Arsyad yang jadi salah satu sosok penting dan selalu menyakan posisi menteri sebelum bisa tiba di Barabai dan jadi penghubung Radar Banjarmasin.
Namun, dibalik kehadiran mendadak itu, banyak  juga kisah yang perlu diungkap seperti Informasi Dahlan Iskan datang ke Barabai justru baru disampaikan oleh Direktur Radar Banjarmasin H Suriansyah Achmad sekitar 15 menit sebelum rombongan tiba. info itu pun terpaksa dibocorkan Bos Oboy, sapaan H Suriansyah Achmad. Kala penulis mentok dan nyaris gagal memuluskan niatnya bertamu Guru Bakhiet ketika waktu mendekati salat Magrib.
Beberapa dasar mentoknya pendekatan untuk bertamu itu cukup beralasan, dari list yang terhimpun sih, memang tidak biasnya guru menerima tamu diluar  jadwal. Apalagi kebiasaannya, menerima tamu hanya pagi. Saat itu juga guru yang segera berangkat ke Balangan usai Salat Magrib. Dan, saat itu sudah senja dan mendekati salat magrib. Beliau harus istirahat seusai pulang umrah dan si tamu sendiri tidak ada janji sebelumnya. Jadi, tak satupun petuga piket berani memastikan bisa bertamu, siapa pun rombongannya.
“Saya tidak berani memastikan, karena Guru masih terlalu lelah sehabis pulang Umrah, kalau bisa besok pagi saja,” kata H Musa, petugas piket di Kantor Nurul Muhibbin, Barabai kepada penulis.
 Kendati sudah mendengar seorang menteri akan bertamu, petugas piket Ponpes Nurul Muhibbin tidak berani memastikan pertemuan itu mulus. Kabar membahagikan itu diperoleh saat Muhammad Arif, Menantu Guru Guru Bakhiet mau mengkomunikasikan. Dari seberang telepon, Bos Oboy kembali mengkoordinasikan dan mau memastikan, bahwa Dahlan Iskan juga berniat Salat Magrib berjamaah dengan santri Nurul Muhibbin.
Apa mau dikata, di sela jeda waktu yang singkat tersebut, semuanya bisa dikondisikan, kendati misi awal mustahil niat bertemu guru berhasil, akhirnya terkabul. Usai Salat Magrib di Musala Nurul Muhibbin, Jalan Muhammad Ramli No 89 Barabai Darat. Guru Bakhiet Bersedia membukakan pintu rumahnya. Rupanya, tanpa penulis kira, Guru Bakhiet antusias menerima Dahlan Iskan yang jauh-jauh terbang dari Jakarta khusus datang ke Barabai dalam misi silaturahmi dan berniat mengaji kendati ujung hanya bisa mengikuti maulid Nabi di Balangan
Sebagai catatan lain, tidak satupun orang di Barabai yang menyadari Dahlan Iskan datang. Terkecuali petugas jaga pondok, bahkan santri sendiri belum menyadari kala itu, rekan salat berjamaah mereka adalah seorang menteri kesohor yang rajin turun ke lapangan. Beberapa kali, Bos Dis, ikut mengatur saff dan maju ke saff selanjutnya kala mengetahui barisan di depan kosong.
Wajar saja banyak sangtri tidak begitu menyadari, karena, rombongan terlalu ramping tanpa pengawalan dan protokoler ketat. Bayangkan saja, saat itu hanya tiga mobil. Memang Bos Dis dari Jakarta hanya mengajak dua anak buahnya yaitu Faisyal Halimi dan Abdul Aziz. Dia terbang dari Jakarta, Tanjung, dan menempuh perjalanan darat ke Barabai melewati Balangan.
Sisanya, adalah rombongan internal, seperti Direktur Jawa Pos Group H Zainal Muttaqin yang didaulat menyetir dan satu mobil dengan Dahlan Iskan termasuk Direktur Radar Banjarmasin H Suriansyah Achmad yang berbagi jok dengan Abdul Aziz. Di mobil terpisah, ikut juga Direktur Kalteng Pos Pandit Bawana.