Yang Tersisa dari
Kunjungan Menteri BUMN Dahlan Iskan
Satu lagi
hajat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara H Dahlan Iskan tercapai. Niat itu
adalah bertamu, bersilaturahmi sekaligus mengikuti pengajian rutin KH Muhammad
Bakhiet di Majelis Taklim Nurul Muhibbin Barabai. namun, ditengah pertemuan,
Dahlan Iskan justru diajak Guru Bakhiet menghadiri Majelis Maulid di Komplek
Nurul Muhibbin Balangan.
Kalimat Baistilah mandantangi guru, sangat jelas terdengar. Kumpulan kosa
kata bahasa banjar dengan logat khas itu disuarakan oleh Bos Dis, sapaan Dahlan
Iskan saat berbincang renyah dengan KH Muhammad Bakhiet atau Guru Bakhiet.
Ucapan Bos Dis cukup mengejutkan, ternyata keulamaan dan karisma putra Tuan
Guru Haji Ahmad Mugni tersebut cukup membanggakan. pasalnya, seorang menteri
pun sudah lama mengidam-idamkan bertemu.
Mengetahui kehadiran tak
terjadwal tokoh penting di balik suksesnya Jawa Pos Group dan PLN sejatinya
membuat kalangan internal Nurul Muhibbin sempat dibuat bigung dan terhenyak.
Padahal, kedua tokoh ini seperti teman akrab. Keduanya berbincang seputar
pengajian, dakwah, dan isi ceramah.
Pertemuan usai Salat Magrib
Berjamaah itu terasa hangat kendati saat itu hujan yang mengguyur kota Barabai dan sekitarnya
masih deras-derasnya, tak kecuali, Dahlan Iskan. Semua rombongan terlihat basah
dan menggulung celana panjangnya. Pembawaan Dahlan tetap sama, mengenakan baju
putih dan celana hitam dengan sepatu kets dengan inisial “DI” di badan
sepatunya.
“Alhamdullilah bisa badapat, apa kabar pian
guru. Sudah lama handak ke Barabai, kagennya baru kesampaian,” kata Bos Dis
dengan bahasa banjir mengalir usai
mengenalkan satu persatu rombongan yang mengikutinya.
Bahkan, usai mengikuti mauled di
Balangan saat berbincang kembali di rumah Guru Bakhiet, Bos Dis tanpa ragu-ragu
kepingin dapat CD yang berisi dakwah Guru Bakhiet secara berseri. Tujuannya,
sebagai bekal dan diputar di mobil dan menemaninya jalan.guru Guru Bakhiet yang
bisanya irit langsung memintakan kepada petugas.
”Tolong ya, bawakan CD-nya.
Semoga bemanfaat di jalan,” katanya minta salah satu orang kepercayan
mengambilkan di studio rekaman yang diterima oleh Direktur Radar Banjarmasin H
Suriansyah Achmad sebelum balik ke Barabai untuk selanjutnya meneruskan
perjalanan dan menginap di Kandangan.
Ya, Bos Dis bisa sampai di
Balangan juga mengikuti ajakan Guru Bakhiet yang malam itu mengakui kalau
pengajian rutin harus dia libuarkan karena dia baru pulang umrah.”Pekan depan
pengajian baru dimulai, semua jamaah sudah mengetahui kalau minggu depan
kembali normal,” ujar Guru Bakhiet menjawab pertanyaan Bos Dis yang kepingin
mendengar pengajian Kitab Al Hikam.
Kepada Harian Ini, Guru Bakhiet
mengaku pernah bertemu dengan Pak Menteri, seingatnya dia, sekitar 2 atau 3
tahun lalu di Airport Juanda, Surabaya. Saat itu ada penghubung dan mengatakan
kalau Dahlan Iskan berniat bertemu disela-sela jadwal ketat penerbangan.
Kebetulan sama-sama mau terbang.
”Saat berpisah, beliau berniat
mau ke Barabai, tapi Alhamdullilah sudah datang, memang sudah lama saya
tunggu-tunggu,” terang Guru Bakhet
Niatnya mau mengikuti pengajian
belum bisa bisa terlaksana, makanya dia
diajak bersama ratusan Jamaah berangkat ke Balangan untuk mengikuti mauled di
rumah H Hasan di komplek perumahan yang
hanya berjumlah 24 unit tersebut. Hebatnya, semua penghuni adalah orang pilihan
Guru Bakhiet yang secara geneologi masih mengalir darah dan nasab dari Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari.
“Saya khusus mala mini datang dan
ingin bertemu, kebetulan ada waktu makanya saya ajak Abdul Aziz dan Faisyal
Halimi berangkat. Ini juga tidak
terjadwal,” kata Bos Dis menceritanya kehadirannya di Barabai saat sejumlah
wartawan dan Kabag Humas Setda HST M Ramadlan mendekat
Ditanya kenapa Ibu Nafsiah Sabri tidak ikut ,Bos Dis spontan menjawab.”Ibu sebenarnya
saat saya tinggal menangis dan kepingin ikut dalam perjalan ke Barabai. namun
karena ada agenda lain terpaksa ditinggal,”. Menurutnya, ke Barabai seperti
pulang kembali pasalnya, di Barabai masih memiliki keluarga.
Guru Bakhiet yang pernah menimba
Ilmu di Pondok Pesantren Ibnu Amin, Pemangkih dan nyantri di Darussalam
Martapura serta mengaji di Bangil dan mengambil Tarikat Alawiyah dari Habib
Zein Al Abidin Ahmad Alaydrus cukup memuji Bos Dis. Menurutnya, pertemuan kali
ini tanpa dia tahu dan rencanakan, namun, karena tamu apa adanya, tidak ada
protokoler yang melelahkan sehingga sehingga rekan di majelis tidak begitu ragu
walaupun yang datang seorang menteri.
Pujian serupa disampaikan oleh H
Arsyad, jamaah yang jadi orang kepercayaan Guru ini mengaku bahagia. Pasalnya,
sukses penyambutan yang mereka gelar kendati semuanya serba spontan.”Capek sih
biasa, tapi kalau tanpa protokoler kami yang mudah, tidak seperti tamu pejabat
lain, kalau sudah kenal jadi enak koordinasinya,” kata Arsyad yang jadi salah
satu sosok penting dan selalu menyakan posisi menteri sebelum bisa tiba di
Barabai dan jadi penghubung Radar Banjarmasin.
Namun, dibalik kehadiran mendadak
itu, banyak juga kisah yang perlu
diungkap seperti Informasi Dahlan Iskan datang ke Barabai justru baru
disampaikan oleh Direktur Radar Banjarmasin H Suriansyah Achmad sekitar 15
menit sebelum rombongan tiba. info itu pun terpaksa dibocorkan Bos Oboy, sapaan
H Suriansyah Achmad. Kala penulis mentok dan nyaris gagal memuluskan niatnya
bertamu Guru Bakhiet ketika waktu mendekati salat Magrib.
Beberapa dasar mentoknya
pendekatan untuk bertamu itu cukup beralasan, dari list yang terhimpun sih,
memang tidak biasnya guru menerima tamu diluar
jadwal. Apalagi kebiasaannya, menerima tamu hanya pagi. Saat itu juga
guru yang segera berangkat ke Balangan usai Salat Magrib. Dan, saat itu sudah
senja dan mendekati salat magrib. Beliau harus istirahat seusai pulang umrah
dan si tamu sendiri tidak ada janji sebelumnya. Jadi, tak satupun petuga piket
berani memastikan bisa bertamu, siapa pun rombongannya.
“Saya tidak berani memastikan,
karena Guru masih terlalu lelah sehabis pulang Umrah, kalau bisa besok pagi
saja,” kata H Musa, petugas piket di Kantor Nurul Muhibbin, Barabai kepada
penulis.
Kendati sudah mendengar seorang menteri akan
bertamu, petugas piket Ponpes Nurul Muhibbin tidak berani memastikan pertemuan
itu mulus. Kabar membahagikan itu diperoleh saat Muhammad Arif, Menantu Guru
Guru Bakhiet mau mengkomunikasikan. Dari seberang telepon, Bos Oboy kembali
mengkoordinasikan dan mau memastikan, bahwa Dahlan Iskan juga berniat Salat
Magrib berjamaah dengan santri Nurul Muhibbin.
Apa mau dikata, di sela jeda
waktu yang singkat tersebut, semuanya bisa dikondisikan, kendati misi awal mustahil
niat bertemu guru berhasil, akhirnya terkabul. Usai Salat Magrib di Musala
Nurul Muhibbin, Jalan Muhammad Ramli No 89 Barabai Darat. Guru Bakhiet Bersedia
membukakan pintu rumahnya. Rupanya, tanpa penulis kira, Guru Bakhiet antusias
menerima Dahlan Iskan yang jauh-jauh terbang dari Jakarta khusus datang ke
Barabai dalam misi silaturahmi dan berniat mengaji kendati ujung hanya bisa
mengikuti maulid Nabi di Balangan
Sebagai catatan lain, tidak
satupun orang di Barabai yang menyadari Dahlan Iskan datang. Terkecuali petugas
jaga pondok, bahkan santri sendiri belum menyadari kala itu, rekan salat
berjamaah mereka adalah seorang menteri kesohor yang rajin turun ke lapangan.
Beberapa kali, Bos Dis, ikut mengatur saff dan maju ke saff selanjutnya kala
mengetahui barisan di depan kosong.
Wajar saja banyak sangtri tidak
begitu menyadari, karena, rombongan terlalu ramping tanpa pengawalan dan
protokoler ketat. Bayangkan saja, saat itu hanya tiga mobil. Memang Bos Dis
dari Jakarta
hanya mengajak dua anak buahnya yaitu Faisyal Halimi dan Abdul Aziz. Dia
terbang dari Jakarta,
Tanjung, dan menempuh perjalanan darat ke Barabai melewati Balangan.
Sisanya, adalah rombongan
internal, seperti Direktur Jawa Pos Group H Zainal Muttaqin yang didaulat
menyetir dan satu mobil dengan Dahlan Iskan termasuk Direktur Radar Banjarmasin
H Suriansyah Achmad yang berbagi jok dengan Abdul Aziz. Di mobil terpisah, ikut
juga Direktur Kalteng Pos Pandit Bawana.